
Penghujung tahun 2020. Tahun ini adalah tahun yang istimewa buat Arya Sadewo. Bukan karena keberhasilannya dalam pekerjaannya, membungkam para penjahat di ibukota yang kian maraknya, itu juga setiap tahun sudah menjadi catatan emas dalam buku karirnya. Tapi karena tahun ini adalah dia akan menambatkan hatinya, yang selama ini kosong, kepada seorang wanita yang telah mengerti akan dirinya selama satu tahun terakhir ini. Minggu depan Arya Sadewo akan melangsungkan pernikahannya dengan Arum Putri.
Maka waktupun berjalan begitu cepat, pesta pernikahan Arya Sadewo dengan Arum Putri digelar. Beratus undangan datang untuk memberikan selamat kepada kedua mempelai yang berbahagia. Satu pleton dari kepolisian juga kelihatan berjaga-jaga, demi ketertiban. Maklum yang punya hajatan adalah salah seorang anggota terbaik dari korps mereka.
Pesta telah usai. Semua undangan dan para hadirin telah bubar, kembali ke kediaman masing-masing. Tinggallah kini pasangan yang berbahagia beserta keluarga. Jalanan sekitar rumah bahagia kembali hening, setelah pesta hingar bingar yang baru saja terjadi.
Waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Arum Putri sudah terlelap disamping Arya Sadewo. Rentetan acara hari ini telah menguras habis energinya, terlihat sangat kecapekan. Aryapun demikian, dan sudah waktunya untuk beristirahat. Esok bangun untuk menyambut hari yang baru baginya, baru dalam kehidupannya.
Baru saja Arya Sadewo hendak memicingkan matanya, dia mendengar pintu depan diketuk oleh seseorang. Instingnya mendadak merasakan sesuatu yang aneh. Dini hari masih ada saja yang bertamu. Arya segera bangkit dari tempat tidurnya, menuju ruang depan untuk melihat siapa yang mengetuk pintu itu. Dari balik jendela dilihatnya seseorang tak dikenal berdiri didepan pintu, pakaiannya rapi berjas hitam. Arya berfikir mungkin dia adalah salah seorang tamu yang tidak sempat hadir dalam pestanya tadi. Arya membukakan pintu, namun begitu pintu terbuka, todongan pistol telah menempel di keningnya, sekitar sepuluh orang tiba-tiba muncul dari kegelapan, Arya terbelalak..!!
"Jangan teriak atau kau akan mati sekarang!!" bentak orang yang memakai jas tadi.
"Kau harus hidup untuk melihat orang-orang yang kau cintai mati terlebih dahulu" lanjutnya.
Arya digiring kembali masuk ke ruang tengah. Mendengar kegaduhan, semua penghuni rumah terbangun, kedua orang tua Arya, adik-adiknya dan Arum Putri. Namun mereka juga akhirnya menerima todongan gerombolan orang-orang tak dikenal tadi. Arya mengisyaratkan kepada mereka agar jangan berontak untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
"Siapa kalian??!!" Arya mulai membuka pertanyaan.
"Siapa kami, kau tak perlu tahu, yang jelas kau telah mengusik kesenangan kami!!" Pria berjas menjawab.
"Apa maksudmu??"
"Kau jangan berlagak, bocah ingusan sok jadi pahlawan di kota ini, huh"
"Jadi apa maumu sekarang, kau mau membunuhku, silahkan tapi jangan libatkan keluargaku!!" Arya mulai paham maksud semua ini. Raut wajah keluarganya mulai panik, Arum Putri dan adik-adiknya mulai terisak menangis ketakutan.
"Kematianmu belum cukup membayar atas apa yang telah kau lakukan sampai saat ini. Beratus-ratus anggota kami telah kau benamkan kedalam bui laknat itu!! Kau harus merasakan hal yang lebih pahit!!"
Belum sempat Arya mengucapkan kata-kata, sejumlah tembakan telah menghujani tubuh kedua orang tuanya, adik-adiknya dan Arum Putri. Tubuh-tubuh tak berdaya itu lunglai bersimbah darah. Tergeletak tak berdaya, darah membanjiri seluruh lantai.
"Kalian kejaaamm!!!" Arya berteriak kencang, memberontak, namun satu pukulan popor senjata mendarat di pelipisnya, darah menyemburat.
"Ha3...baru kau tau sekarang bocah ingusan, mau main-main dengan kami hah..!!"
"Sekarang gilirinmu menemani mereka, bunuh dia!!" Pria berjas memberi perintah kepada orang-orang yang pasti anak buahnya, sambil berlalu meninggalkan Arya Sadewo.
Selanjutnya rentetan tembakan menyalak keras. Tubuh Arya Sadewo terkapar, meregang nyawa.
Maka waktupun berjalan begitu cepat, pesta pernikahan Arya Sadewo dengan Arum Putri digelar. Beratus undangan datang untuk memberikan selamat kepada kedua mempelai yang berbahagia. Satu pleton dari kepolisian juga kelihatan berjaga-jaga, demi ketertiban. Maklum yang punya hajatan adalah salah seorang anggota terbaik dari korps mereka.
Pesta telah usai. Semua undangan dan para hadirin telah bubar, kembali ke kediaman masing-masing. Tinggallah kini pasangan yang berbahagia beserta keluarga. Jalanan sekitar rumah bahagia kembali hening, setelah pesta hingar bingar yang baru saja terjadi.
Waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Arum Putri sudah terlelap disamping Arya Sadewo. Rentetan acara hari ini telah menguras habis energinya, terlihat sangat kecapekan. Aryapun demikian, dan sudah waktunya untuk beristirahat. Esok bangun untuk menyambut hari yang baru baginya, baru dalam kehidupannya.
Baru saja Arya Sadewo hendak memicingkan matanya, dia mendengar pintu depan diketuk oleh seseorang. Instingnya mendadak merasakan sesuatu yang aneh. Dini hari masih ada saja yang bertamu. Arya segera bangkit dari tempat tidurnya, menuju ruang depan untuk melihat siapa yang mengetuk pintu itu. Dari balik jendela dilihatnya seseorang tak dikenal berdiri didepan pintu, pakaiannya rapi berjas hitam. Arya berfikir mungkin dia adalah salah seorang tamu yang tidak sempat hadir dalam pestanya tadi. Arya membukakan pintu, namun begitu pintu terbuka, todongan pistol telah menempel di keningnya, sekitar sepuluh orang tiba-tiba muncul dari kegelapan, Arya terbelalak..!!
"Jangan teriak atau kau akan mati sekarang!!" bentak orang yang memakai jas tadi.
"Kau harus hidup untuk melihat orang-orang yang kau cintai mati terlebih dahulu" lanjutnya.
Arya digiring kembali masuk ke ruang tengah. Mendengar kegaduhan, semua penghuni rumah terbangun, kedua orang tua Arya, adik-adiknya dan Arum Putri. Namun mereka juga akhirnya menerima todongan gerombolan orang-orang tak dikenal tadi. Arya mengisyaratkan kepada mereka agar jangan berontak untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
"Siapa kalian??!!" Arya mulai membuka pertanyaan.
"Siapa kami, kau tak perlu tahu, yang jelas kau telah mengusik kesenangan kami!!" Pria berjas menjawab.
"Apa maksudmu??"
"Kau jangan berlagak, bocah ingusan sok jadi pahlawan di kota ini, huh"
"Jadi apa maumu sekarang, kau mau membunuhku, silahkan tapi jangan libatkan keluargaku!!" Arya mulai paham maksud semua ini. Raut wajah keluarganya mulai panik, Arum Putri dan adik-adiknya mulai terisak menangis ketakutan.
"Kematianmu belum cukup membayar atas apa yang telah kau lakukan sampai saat ini. Beratus-ratus anggota kami telah kau benamkan kedalam bui laknat itu!! Kau harus merasakan hal yang lebih pahit!!"
Belum sempat Arya mengucapkan kata-kata, sejumlah tembakan telah menghujani tubuh kedua orang tuanya, adik-adiknya dan Arum Putri. Tubuh-tubuh tak berdaya itu lunglai bersimbah darah. Tergeletak tak berdaya, darah membanjiri seluruh lantai.
"Kalian kejaaamm!!!" Arya berteriak kencang, memberontak, namun satu pukulan popor senjata mendarat di pelipisnya, darah menyemburat.
"Ha3...baru kau tau sekarang bocah ingusan, mau main-main dengan kami hah..!!"
"Sekarang gilirinmu menemani mereka, bunuh dia!!" Pria berjas memberi perintah kepada orang-orang yang pasti anak buahnya, sambil berlalu meninggalkan Arya Sadewo.
Selanjutnya rentetan tembakan menyalak keras. Tubuh Arya Sadewo terkapar, meregang nyawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar